Senin, 12 April 2021


HUJAN JANGAN PERGI

 

 Masih sendiri disini menatap langit kelabu

Ketiadaan Cahaya menghantam jiwa-jiwa yang lugu

Angin berhenti bertiup seakan turut merasakan pilu

Aroma tanah menguap mengirimkan nyanyian sendu

 

Hening kian meraja tercekam dalam kesepian bisu

Aku masih disini menatap langit tanpamu

Berharap engkau datang mendendangkan nyanyian rindu

Membasuh debu yang mengotori kalbu

 

Tanda-tanda kehadiranmu jelas terbaca

Isyarat alam begitu nyata

Tapi engkau belum datang jua

Apakah musim telah berkhianat memisahkan kita

 

Dulu engkau datang membawa sejuta bahagia

Rinai-rinai cintamu menyejukkan hati yang terluka

Hadirmu selalu menenangkan jiwa

Aroma tubuhmu menentramkan emosi yang membara

 

Saat ini Aku ingin hadirmu kembali

Tapi mengapa Kau belum datang juga

Apakah engkau telah pergi dan tak kan kembali

Tuhan... Aku butuh hadirnya

 

Raung gemuruh menghantam sunyi

Cahaya benderang memecah langit

Perlahan rinaimu hadir memeluk bumi

Membasahi jiwa-jiwa sepi

 

Segenap alam semesta bertakbir menyambut hadirmu

 Berdoa berharap ini akan abadi

Aku masih disini bersyukur bahagia

Berharap hadirmu dapat menyembuhkan luka hati

 

*****

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MATAHARI, BULAN DAN GERHANA

 

Aku adalah cahaya matahari yang Kau benci

Ku terangi hatimu lalu Aku menghilang dalam kegelapan

Kau adalah cahaya bulan yang aku syukuri

Kau terangi gelapku walau wujudmu kadang tak sempurna

 

Aku dan Kau bagai mentari dan rembulan

Kita bertemu hanya untuk berucap pisah

Saat Kita bertemu

Kita hanya mampu bertatap muka dalam bayangan

 

Ku rindu Kau untuk cacimu, bukan pujimu

Kau rindu Ku atas makiku, bukan pujaku

Padahal Kau dan Aku tidak ditakdirkan untuk saling merindu

Karena rindu adalah racun

 

Kita adalah belokan arah

Dari garis tempuhan yang memaksa menciptakan nasib

Kita adalah simpangan

Dari pertentangan yang mencoba mengoyak suratan takdir

 

Kita berjalan dalam dua arah berbeda

Merasa yakin akan kekuatan kaki sendiri

Tak peduli ocehan usang yang menilai semu

Karena hanya ada Aku, Kau dan tentang Kita

 



 

CERITA USANG 


Terlena terbuai dalam nostalgia masa lalu

Ketika kenangan mengukir mimpi mengisi hari yang terbalut sendu

Mengenangmu dalam diam menangisi asa yang telah hilang

Terjebak dalam pusaran waktu tak bertepi, terpaku, terbuang

 

Wahai Sang Raja Waktu kemanakah perginya embun

Menguap menuju hampa kekosongan yang tiada batas

Sunyi sepi sendiri dibuai bayangan dalam lamun

Terombang-ambing dalam gelombang ketiadaan tak teretas

 

Dukaku mengalir menyelip diantara percikan rindu

Membasahi kembali luka yang belum kering

Menyesali pagi yang bersinar kelabu

Meratapi waktu yang telah asing

 

Mengenangmu menyakitkan

Melupakanmu lebih menyakitkan

Kesalahan fatal bila mendefinisikan hidup adalah keabadian

Yakin akan kekekalan duniawi membuat tak siap kehilangan

 

Ketika waktu hanya bisa merindu

Sebuah ruang dalam hati diciptakan untuk menampung rasa sedih

Menyatu dengan semua ruh

Menjadi bagian hidup yang kekal takkan mati

 

Rindu yang tersembunyi seperti sayatan luka disiram cuka

Terhempas dalam jasad tak terurai

 Akankah semesta memilih untuk berbahagia

Menenggelamkan Kamu, Kita atau cerita kemarin yang telah usai

HUJAN JANGAN PERGI     Masih sendiri disini menatap langit kelabu Ketiadaan Cahaya menghantam jiwa-jiwa yang lugu Angin berhenti b...